Epic Games, Dari Pelopor Game ke Raja Drama Industri?
Fortnite | Foto : Ruqyah Cirebon 

Ruqyah Cirebon - Dalam dunia gaming, nama Epic Games dulunya identik dengan inovasi dan teknologi mutakhir. Tapi belakangan ini, perusahaan ini malah lebih sering muncul di berita karena drama dan nyinyiran dibandingkan karya-karyanya. 

Dari nuntut Apple, Samsung, hingga Google, Epic Games tampaknya lebih sibuk mencari musuh daripada bikin game baru. Mari kita bahas bagaimana perjalanan Epic Games yang luar biasa, tapi kini berubah jadi penuh kontroversi.

Kisah Awal Epic Games yang Revolusioner


Di masa lalu, Epic Games adalah nama besar yang dihormati dalam industri gaming. Pada tahun 1992, perusahaan ini lahir dengan nama Epic MegaGames, didirikan oleh Tim Sweeney dan Mark Rein dan Tujuannya Membuat game yang inovatif dan membuktikan bahwa mereka bukan perusahaan kecil. Beberapa game awal mereka seperti ZZT dan Jill of the Jungle mungkin terlihat sederhana, tapi itu menjadi pondasi kuat untuk masa depan.

Pada tahun 1995, Epic mulai mengembangkan Unreal Engine, sebuah mesin game revolusioner yang akhirnya merilis Unreal Tournament pada 1998. Game ini langsung sukses besar, membawa pengalaman grafis dan gameplay yang jauh melampaui zamannya. 

Unreal Tournament bahkan memenangkan penghargaan Game of the Year di tahun 1999 dan 2000. Dari sini, Epic memutuskan untuk fokus pada pengembangan teknologi, melisensikan Unreal Engine ke berbagai studio game, dan terus berinovasi.

Keberhasilan Epic tidak berhenti di situ. Pada 2006, mereka meluncurkan Gears of War, sebuah game yang menampilkan kehebatan Unreal Engine 3. Tak hanya di PC dan konsol, Epic juga merambah ke perangkat mobile dengan game Infinity Blade pada 2010, yang menggabungkan grafis luar biasa dengan gameplay yang menarik.

Namun, langkah besar terjadi pada 2011 ketika Epic mengumumkan Fortnite. Awalnya, game ini adalah kombinasi antara base building dan tower defense. Tapi saat tren Battle Royale meledak berkat PUBG, Epic langsung menyesuaikan strategi mereka. Dengan cepat, mereka mengubah Fortnite menjadi game Battle Royale yang sukses besar, menjadikannya salah satu game terpopuler di dunia.

Tahun 2018, Epic merilis Epic Games Store untuk menantang dominasi Steam di pasar PC. Tapi alih-alih fokus pada kualitas, mereka memilih pendekatan "nyinyir." Epic mengkritik sistem pembagian keuntungan Steam yang mereka anggap terlalu besar, sembari menawarkan potongan lebih kecil kepada developer.

Namun, langkah mereka bukan tanpa masalah. Epic memaksa banyak game menjadi eksklusif di platform mereka, sebuah langkah yang membuat para gamer merasa dipaksa. Sayangnya, kualitas Epic Games Launcher saat itu jauh di bawah standar Steam. Banyak fitur dasar seperti cloud save tidak tersedia, dan performanya pun sering dikeluhkan.

Kenapa Epic Sibuk Nuntut Sana-Sini?


Belakangan ini, Epic Games lebih sering muncul di pengadilan daripada di panggung penghargaan. Mereka menggugat Apple dan Google karena sistem pembagian keuntungan di toko aplikasi, tapi alasan di balik tuntutan ini sering dipertanyakan.

Jika dibandingkan, perusahaan seperti Nintendo yang juga sering menggugat pihak lain melakukannya untuk melindungi hak cipta mereka. Tapi Epic? Alasan mereka terlihat lebih seperti ketidakpuasan pribadi terhadap aturan pasar yang ada.

Sebagai contoh, jika Epic tidak suka dengan kebijakan Steam, mereka bisa saja fokus membuat platform yang lebih baik. Sayangnya, mereka malah memilih untuk nyinyir di media dan menggoda developer dengan uang, bukan kualitas.

Apakah Epic Games Masih Ada Harapan?


Meskipun penuh drama, Epic tetap memiliki keunggulan yang sulit disaingi. Unreal Engine masih menjadi salah satu mesin game terbaik di dunia, digunakan oleh banyak developer ternama untuk menciptakan game berkualitas.

Selain itu, langkah Epic membagikan game gratis setiap minggu menjadi daya tarik utama bagi gamer. Banyak orang, termasuk yang awalnya skeptis terhadap Epic Games Store, akhirnya tergoda membuka aplikasi mereka karena tawaran ini.

Namun, jika Epic ingin benar-benar bersaing dengan Steam, mereka harus mengubah strategi. Fokus pada kualitas dan inovasi, bukan drama dan nyinyiran, bisa menjadi kunci untuk merebut hati para gamer dan developer.

Demikian ulasan tentang Epic Games, Dari Pelopor Game ke Raja Drama Industri seperti yang dilansir link slot gacor, semoga bermanfaat.