Ini Dia Beberapa Tradisi Jawa Tengah Yang Masih Dilakukan Hingga Sekarang
Tradisi Brobosan | Foto : Ruqyah Cirebon 

Ruqyah Cirebon - Setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisinya masing-masing, termasuk tradisi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Tengah terkenal memiliki berbagai macam budaya. Tradisi merupakan kebudayaan yang selalu diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kebudayaan Jawa Tengah ini sangat bervariasi, contohnya yaitu agama, rumah adat, dan lain sebagainya. Tradisi akan terus berlanjut apabila dilestarikan dengan terus melakukannya. Namun jika masyarakat melupakan sebagian budayanya, maka tradisi tersebut akan hilang dengan sendirinya. Nah pada kesempatan kali ini kita akan membahas beberapa Tradisi Jawa Tengah

Beberapa Tradisi Jawa Tengah


Tradisi Wetonan


Tradisi Jawa Tengah yang pertama adalah tradisi wetonan. Wetonan dalam bahasa Jawa berarti keluar. Namun wetonan yang dimaksud di sini berkaitan dengan kelahiran orang. Tradisi wetonan merupakan upacara yang dilakukan untuk menyambut bayi yang baru lahir. Tradisi wetonan ini dilakukan agar kelak sang buah hati terhindar dari mara bahaya dan dapat memperoleh rejeki dan keberuntungan lebih.

Upacara Ruwatan


Upacara ruwatan masih dilestarikan hingga saat ini sebagai tradisi Jawa Tengah. Misalnya di daerah Dieng Wonosobo, anak yang berambut gimbal keriting biasanya dianggap mirip dengan 'buto ijo' sehingga harus diadakan upacara ruwatan. Hal ini dilakukan untuk mengusir roh jahat dan hal-hal buruk yang dibawa oleh buto ijo.

Upacara Larung Sesaji


Tradisi Jawa Tengah ini mudah kita jumpai di wilayah pesisir pantai, terutama di pesisir utara dan selatan. Upacara larung sesaji dilakukan dengan melemparkan beberapa bahan makanan berupa hasil panen dan hewan sembelihan ke laut dengan menggunakan perahu.

Hal ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta atas hasil laut yang telah diberikan kepada para nelayan. Tujuan lain dari upacara ini juga dilakukan untuk mendoakan keselamatan para nelayan.

Tradisi Popokan


Tradisi Jawa Tengah ini masih dilakukan hingga saat ini. Tradisi ini dilakukan dengan cara melempar lumpur pada hari Jumat Kliwon pada bulan Agustus. Tradisi mengganti popok ini mulai dilakukan oleh masyarakat daerah Beringin, namun kini banyak dilakukan oleh masyarakat di daerah Semarang. Masyarakat setempat melaksanakan tradisi ini untuk menghilangkan kejahatan dan menangkal kejahatan di wilayah tempat tinggal mereka.

Tradisi Syawalan


Masyarakat setempat menyebut tradisi Syawalan dengan tradisi Idul Fitri Ketupat. Pasalnya, berbeda dengan daerah lain di Indonesia yang menyajikan ketupat saat Idul Fitri, masyarakat Jawa Tengah justru menyajikan nasi kuning saat Idul Fitri. Sajian kuliner ketupat baru akan disajikan saat tradisi Syawalan.

Tradisi Sadranan


Tradisi Jawa Tengah selanjutnya adalah tradisi sadranan atau lebih dikenal dengan nyadran. Masyarakat Jawa Tengah biasanya merayakan budaya ini untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Tradisi sadranan dilakukan dengan mengadakan doa untuk leluhur dan kerabat yang telah meninggal.

Tujuannya agar dosanya bisa diampuni dan amal shalehnya bisa diterima dengan baik. Tradisi ini dilakukan dengan cara merapikan dan membersihkan makam serta membuat kue-kue tradisional seperti kue apem, kolak dan ketan yang nantinya akan dibagikan kepada sanak saudara.

Upacara Tingkeban


Tradisi Jawa Tengah selanjutnya adalah upacara tingkeban. Upacara ini disebut juga upacara mitoni. Upacara tingkeban merupakan upacara yang dilakukan pada saat usia kehamilan baru menginjak tujuh bulan. Mungkin Anda lebih mengenal tradisi ini dengan sebutan tradisi tujuh bulan.

Tradisi Jawa Tengah ini dilakukan dengan cara memandikan, kemudian membacakan doa yang dapat memberikan keberkahan bagi calon bayi yang dikandungnya. Pada saat mandi akan ada acara menyiram yang harus dilakukan oleh tujuh sesepuh atau sesepuh.

Tradisi Brobosan


Tradisi Jawa Tengah selanjutnya adalah tradisi brobosan. Tradisi ini cukup unik, namun anehnya masih bisa kita temukan hingga saat ini. Sebab, hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan atau kebiasaan yang selalu dilakukan. Tradisi brobosan merupakan tradisi yang apabila ada saudara atau saudaranya meninggal dunia maka harus dilakukan terobosan pada bagian bawah jenazah.

Jadi, nantinya jenazah harus diusung atau peti mati harus diangkat tinggi-tinggi. Kemudian, anak dan cucu orang yang meninggal diharuskan menerobos terowongan melewati jenazah. Ini harus dilakukan tiga kali. Tujuannya adalah untuk menghormati wafatnya jenazah dan mengakui kepergiannya.

Mubeng Beteng


Tradisi Jawa Tengah selanjutnya adalah mubeng beteng. Tradisi ini selalu dilaksanakan pada malam pertama Suro sehingga sering disebut dengan tradisi Malam Satu Suro. Tradisi Jawa Tengah ini ada di Yogyakarta dan dilakukan dengan mengelilingi benteng atau keraton Yogyakarta. 

Hal ini dilakukan sebagai simbol refleksi diri dan introspeksi diri. Pada saat melakukan mubeng beteng, anda tidak diperkenankan berbicara atau makan atau minum selama anda melakukannya sampai selesai.

Padusan


Padusan merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai bentuk persiapan menyambut bulan Ramadhan. Tradisi ini melibatkan mandi di sumur atau mata air dengan tujuan membersihkan diri secara fisik dan mental. Lebih dari sekedar ritual fisik, padusan juga memiliki makna mendalam sebagai ajang refleksi, introspeksi, dan koreksi kesalahan yang dilakukan di masa lalu.

Mendak Kematian


Tradisi ini dilakukan untuk orang yang telah meninggal. Pada upacara Mendak Kematian, para kerabat dan sahabat yang hadir akan berkumpul di rumah mendiang atau mendiang untuk memberikan penghormatan terakhir dan mendoakan kebahagiaan dunia setelah kematian.

Salah satu unsur penting mendak kematian adalah prosesi penyiraman atau pembersihan makam yang melibatkan air, bunga dan berbagai simbol agama. Inilah momen penuh makna dalam budaya Jawa yang menunjukkan rasa hormat, kesedihan dan harapan terhadap arwah orang yang meninggal atau meninggal.

Kenduren


Tujuan diadakannya upacara kenduren yaitu untuk memohon keselamatan atau mengirimkan doa kepada leluhur yang telah meninggal dunia. Pada saat kenduren, tuan rumah akan menyediakan hidangan makanan, antara lain nasi tumpeng, nasi golong, ingkung ayam, sayur mayur, dan lauk lainnya. Setelah selesai berdoa bersama, peserta kenduren akan duduk bersama menikmati hidangan yang disajikan.

Demikian ulasan tentang Ini Dia Beberapa Tradisi Jawa Tengah Yang Masih Dilakukan Hingga Sekarang seperti yang dilansir alexistogel. Semoga bermanfaat.